Rabu, 04 Agustus 2010

Bau

Wah, topik ini sangat tidak enak didengar apalagi dicium. Ha ha ha. Tapi yang namanya bau enggak bisa dihindari. Ada bau yang enak bahkan perlu, ada juga bau yang kalau bisa kita hindari. Anda tentu mengerti maksud saya kan. Nah ini ni yang menarik. Ceritanya suatu hari waktu pulang kerja, saya naik metro mini. Lagi nunggu penumpang penuh. Penumpang yang duduk dibelakang tempat duduk saya, nerima telepon pakai hp. Yang bikin saya sebel. baunya itu loh. sampai-sampai orang-orang yang duduk sekeliling dia pada pergi menjauh. Kecuali saya he he he - apes. Biar katanya menghargai dia (kenal juga enggak hik). Sampai saya turun dari metro mini itu, baunya enggak-enggak hilang-hilang. Sumpah bau busuk bangeeeeeeeeeeeet.

Penasaran, saya cari tahu deh, bau itu darimana sih. Bau itu ternyata akibat reaksi bakteri yang nempel di badan kita. Kalau nempel di kulit biasanya terkonsentrasi pada daerah yang mengeluarkan keringat paling banyak. Umumnya daerah ketiak, dada dan punggung serta bagian bawah (ehem kaki maksudnya). Yang nempel di organ tubuh juga ada misalnya paru-paru, tenggorakan, kerongkongan, mulut (gigi berlubang), hidung, perut (biasanya karena lapar- bau asam perut) dan otak.

Nah yang nempel di organ tubuh yang perlu diwaspadai. Kadang diri kita sendiri tidak menyadarinya. Ini bahaya sekali. Oleh karena itu kita perlu melihat reaksi orang-orang disekitar kita. Baik itu reaksi lisan (dalam bentuk ucapan) atau gerak-gerik tingkah laku (misalnya menjauh, muka mesem/asem, alis mata berkerut dan "daun" hidung membesar dan mengecil secara cepat (mirip kucing he he he) disertai dengusan kesal.

Kalau udah tahu, kita "bau" tak sedap. Lakukan pembersihan diri dengan mandi pake sabun wangi, pake parfum super ok. Gosok gigi dan pake shampoo harum. Dan pakaian udah pake pembersih yang harum, tapi kok baunya enggak hilang-hilang. Beranikan diri deh periksa ke dokter atau klinik terdekat. Bisa jadi sumbernya ada didalam organ tubuh. Orang kesehatan menyebut ini adalah penyakit. Harus segera diobati, sehingga bakterinya hilang, baunya hilang deh.

Senin, 09 Maret 2009

Adat Kawin di Maluku - Nusaniwe

Lopulalan berasal dari Maluku Tengah dengan Negeri-Negeri yang disebut dengan Uli Lima. Uli lima meliputi Nusanewi, ERI DAn AIRLOW (Kl salah sy tunggu ralatnya).
Berikut Adat Kawin Negeri Nusaniwe :
Diambil dari Artikel Radio Baku Bae tgl 28 April 2007,
Ketika Dua Hati Sudah Menyatu, Masuk Minta di Nusaniwe pun Digelar

Dian N. Pesiwarissa, Radio Baku Bae - Ambon

PERKAWINAN merupakan sebuah peristiwa penting dalam kehidupan setipa manusia. Bukan hanya menyangkut ikatan antara laki-laki dan perempuan, tapi juga menyangkut hubungan dengan orang tua dan saudara. Bahkan keluarga dari masing-masing pihak.

Perkawinan juga merupakan syarat peralihan status diri seseorang, untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok sosialnya. Sehingga peristiwa penting itu layak ditandai dengan sebuah upacara perkawinan.

Di Negeri Nusaniwe Pulau Ambon, dalam kaitan dengan ritual perkawinan, dikenal upacara kawin "masuk minta." "Masuk minta" artinya keluarga laki-laki datang meminta atau meminang anak perempuan, untuk dijadikan sebagai anak, yang dikukuhkan dalam ikatan perkawinan. Tahap awal dari upacara kawin "masuk minta" biasanya dimulai dari pertemuan Nyong dan Nona, yang sudah sepakat melaksanakan perkawinan.

Bagi orang Ambon yang menganut garis keturunan menurut garis ayah, ajakan untuk melaksanakan perkawinan biasanya datang dari pihak laki-laki (Nyong). Nona akan menunggu sampai Nyong mengutarakan keinginannya untuk menikah. Kalau setuju, nona akan menyampaikan berita itu kepada orang tuanya.

Setelah ada persetujuan dari Nona, maka Nyong langsung memberitahukan keinginan itu kepada orangtuanya. Serentak dengan itu, orang tua laki-laki mengadakan acara kumpul keluarga, guna membicarakan keinginan anaknya. Selain itu, dibicarakan pula tentang waktu yang tepat untuk bertamu di rumah keluarga perempuan. Bila telah ada kata sepakat mengenai waktu pertemuan, maka dikirimlah Surat Bertamu kepada keluarga perempuan yang dibawa oleh seorang utusan.

Keluarga perempuan setelah menerima Surat Bertamu, mengumpulkan anggota keluarga dekat guna membahas surat tersebut. Bila memang keluarga mengetahui anaknya akan menikah, maka dalam pertemuan keluarga itu ditentukan waktu untuk menerima kunjungan bertamu dari keluarga laki-laki. Jawaban surat juga disampaikan melalui utusan.

Pada hari yang ditentukan, bertamulah keluarga laki-laki dirumah keluarga perempuan. Tiba di rumah keluarga perempuan, juru bicara keluarga laki-laki akan berbasa-basi sebagai pengantar, untuk menyampaikan maksud utama kedatangan yaitu meminang anak perempuan.

ANTAR PAKAIAN

Acara ini disebut acara Masuk Minta Nona. Juru bicara keluarga perempuan akan melayani seluruh pembicaraan dari keluarga laki-laki dengan bahasa yang halus. Dengan tutur kata yang juga sopan, juru bicara keluarga perempuan akan membicarakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki. Misalnya harta kawin.

Pada saat itu, kedua keluarga sama-sama mengandalkan kelincahan bicara dari masing-masing juru bicara. Saat itu pula kedua belah pihak akan menentukan waktu perkawinan. Penentuan waktu perkawinan ini haruslah tepat, karena masyarakat percaya bahwa waktu yang tepat sangat mempengaruhi kelanggengan bahtera rumah tangga sebuah pasangan.

Dua hari menjelang hari perkawinan, kedua belah pihak harus melewati acara antar pakaian kawin. Mula-mula keluarga laki-laki mengantarkan pakaian kawin perempuan yang disebut baju mustiza atau baju basumpa yang diantar oleh seorang jujaro (anak gadis), ditemani seorang ibu yang disebut Mata Ina.

Antaran itu dibalas keluarga perempuan dengan mengantar seperangkat pakaian kawin laki-laki yakni celana panjang dan baniang, yang akan dipakai calon pengantin laki-laki saat perkawinan. Makna acara saling antar pakaian ini, adalah agar kelak setelah menikah suami istri saling memiliki tanggung jawab.

Biasanya keluarga laki-laki melengkapi antaran pakaian kawin itu dengan sebotol anggur dan sebuah kue (yang dibikin sendiri), sebagai doho-doho atau oleh-oleh kepada keluarga perempuan.

BASUMPAH KAWIN

Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Calon pengantin laki-laki dengan berpakaian pengantin diantar oleh keluarga dekat, menuju rumah keluarga calon pengantin perempuan dengan iringi musik toto buang. Toto buang adalah jenis musik tradisional di Pulau Ambon, yang biasanya dipakai saat dilaksanakannya pesta kawin masuk minta.

Acara jemput pengantin itu bertujuan membawa calon pengantin perempuan, untuk dikukuhkan secara keagamaan, maupun secara pemerintahan, sebagai suami dan istri yang sah. Dalam acara ini, pihak keluarga laki-laki membawa harta kawin berupa seutas benang dan satu tetes air serta sopi dan satu kayu (gulungan) kain putih. Harta kawin ini berbeda untuk tiap negeri di Maluku. Harta ini harus dibayar lunas agar dikemudian hari tidak menjadi hutang.

Setelah sah sebagai suami istri, rombongan pengantin menuju keluarga perempuan untuk melaksanakan pesta dan menyerahkan harta kawin. Sepanjang jalan, tifa dan toto buang dipukul bertalu-talu menandakan kegembiraan dan tanda ada pesta.

Usai melaksanakan seluruh kegiatan di rumah perempuan, juru bicara keluarga laki-laki minta diri bersama dengan anak perempuan mereka, guna melanjutkan pesta kawin di rumah keluarga pengantin laki-laki. Saat minta diri, keluarga perempuan biasanya merasa terharu, bahkan tak jarang sampai mengucurkan air mata. Sebab merasa kini anak perempuan mereka telah menjadi milik keluarga laki-laki, yang selanjutnya akan tinggal di rumah sang suami.

PIRING BALAPIS

Rombongan pengantin dengan tetap diiringi musik tifa toto buang menuju rumah laki-laki sambil bersukaria. Tiba di depan rumah, istri disambut dengan Acara Basu Kaki. Basu Kaki atau mencuci kaki sebagai tanda istri harus meninggalkan semua kebiasaan lama yang buruk, sebelum ia memasuki rumah keluarga laki-laki. Acara basuh kaki istri, dilakukan salah seorang adik perempuan suami yang belum menikah. Usai membasuh kaki, tiba saatnya istri diperbolehkan keluarga laki-laki memasuki rumah untuk memulai hidup baru.

Acara basu kaki dilanjutkan dengan acara Makan Bersama Piring Balapis. Disebut piring balapis, karena di atas meja makan telah disusun lima buah piring makan (disusun berlapis) berwarna putih. Angka lima menandakan masyarakat Negeri Nusaniwe termasuk kelompok Uli Lima (persekutuan lima) dan warna putih mengartikan isi hati dari keluarga laki-laki yang bersih, putih dan tulus, yang telah menerima anak perempuan sebagai bagian dari anggota keluarga. Kini ia harus dilayani seperti anak sendiri.

Makan piring balapis dapat juga diartikan sebagai penunjukkan status social, serta kemampuan keluarga laki-laki yang sedang melaksanakan pesta perkawinan Masuk Minta.

Proses Acara Makan Piring Balapis secara singkat diuraikan sebagai berikut. Penganting laki-laki dan pengantin perempuan beserta orang tua dan undangan dipersilahkan menuju meja makan. Selanjutnya dengan mendengarkan aba-aba melalui bunyi peluit, makanan pembuka (biasanya sop) dihidangkan untuk dinikmati. Pada bunyi peluit yang kedua, wadah makanan (mangkuk sop) diangkat oleh pelayan. Lalu saat bunyi peluit berikut, pelayan menyajikan makanan lain di atas piring susun pertama. Undangan terus menikmati makanan yang disajikan secara berganti-ganti sesuai bunyi peluit, sampai semua piring yang ada di atas meja habis terpakai.

Selanjutnya undangan meja pertama dipersilahkan meninggalkan meja, dan para pelayan akan mengundang rombongan kedua menikmati makanan, dengan tetap menggunakan tata krama seperti meja pertama. Demikian seterusnya sampai semua undangan dapat mengambil bagian di meja makan piring balapis.

Selesai menikmati Makan Piring Balapis, puncak atau akhir dari seluruh upacara Kawin Masuk Minta ialah Acara Dendang Badendang yaitu acara bernyanyi bersama diselingi dengan baku balas pantun. Ditingkahi dengan bunyi tifa yang mendayu-dayu, undangan mulai bernyanyi sambil goyang badan dan bergandengan tangan. Masing-masing pihak menunjukkan kemampuan mengolah kata berbalas pantun sampai puas. Kadang-kadang dilanjutkan dengam acara Dansa Katreji. Itulah wujud kegembiraan orang Ambon dari Negeri Nusaniwe saat pelaksanaan Upacara Adat Kawin Masuk Minta. (rbb)

Copyright © 2007 RadioBakuBae.com. All right reserved.

Bertram Lopulalan

Kamis, 04 Desember 2008

Tips for Buying Tech in a Recession

In difficult financial times, what makes more sense for cash-strapped companies: buying IT equipment outright or leasing and spreading the payments out over time? Many small businesses lease from providers such as Office Depot, Dell or CDW in order to save some cash and still keep their technology fresh.

Still, not everyone sees this economic climate as conducive to leasing. According to Ed Lukens, a spokesman for Micro Center, an online computer and electronics store, the company's leasing program is a very small part of its business

"The credit crisis means banks are unwilling to lend money to leasing firms," Lukens explained. He said that with the cost of borrowing going up, leasing firms have more stringent requirements on credit scores. "With fewer customers qualifying for leases, leasing will decline," he predicted. Also, less-advantageous leasing terms mean that some credit-worthy customers will buy products outright instead of leasing.

Vendors such as HP see things differently. "Leasing is always a sound approach for small businesses to manage their IT infrastructure, regardless of whether the economic picture is sunny or gloomy," said Michael P. Cuno, a spokesman for HP Financial Services. HP provides a helpful summary of how leasing works on its Web site.

At CDW, Gerry Singson, small office segment manager, acknowledged that credit is harder to come by of late. "We’re noticing that access to credit has become a challenge for many small businesses as the availability of traditional start-up sources such as SBA loans and home equity loans has tightened," he said.

However, Singson added that while they expect that the demand for credit will decrease due to a slowing economy, they also expect that "many small businesses will turn to commercial credit sources, including leases, to support their business needs."

Robert Dunlap, divisional merchandise manager for services at Office Depot agreed that it's a tough climate for securing traditional credit. "More people are looking at leasing as an option and a tax-deductible operating expense for businesses. It won't impact your ability to get credit," he said.

Customers can lease equipment they need for their business, Dunlap said, including computers, printers, routers, office furniture ‑ even paper and cartridges. He added that a typical lease term runs for 36 or 48 months.

Asset management, the ability to have the latest equipment and a desire to lower costs are the key reasons small businesses lease IT equipment, according to research by the Equipment Leasing and Finance Association (ELFA).
Conserve Cash

According to HP, leasing is attractive because small companies lack the funding of their large competitors. "Most small and midsize companies have to manage their cash flow very, very carefully," said HP Financial Services' Cuno. "Few are flush with cash."

"Leasing is a countercyclical business strategy: As the economy goes down, leasing goes up," Pucciarelli said.

Dunlap said Office Depot rolled out its SmartWayLeasing program in Florida and Texas stores in November and will tkae it nationwide in the first quarter of 2009. Leasing provides another way for small businesses to acquire equipment when cash is tight, he said.

"If you have $5,000, you can buy three systems and lease nine," said Jennifer Davis, a spokeswoman for Dell. "A lot of people want to own their equipment outright, but it certainly is an advantage to them to keep their technology fresh and extend their dollars," Davis said.

IDC's Pucciarelli said that although the economic climate is uncertain for the next 24 to 36 months, he foresees an expansion of "point-of-sale leasing" for small businesses. "Leasing provides means for an alternate supply of capital without having to tap normal lines of commercial credit or revolving credit," Pucciarelli said.

Back at CDW, Singson talked specifics about year-end tax advantages. "The 2008 Economic Stimulus Act allows a one-time 50 percent special depreciation allowance (deduction) on products purchased before Jan. 1, 2009," he said. "The Stimulus Act also allows lease payments for technology solutions to be made on pre-tax rather than post-tax earnings."
Keep Your Tech Fresh

Experts say another advantage to leasing is the ability to refresh your technology on a regular basis.

"When companies think of their IT equipment acquisitions like a utility bill ‑ something they pay every month ‑ it puts them in a position where they can afford the best technology available," Lee Eberding, director of the small- and medium business segment for HP Financial Services, said in a statement. "Even better, your monthly payment may not change much because the price of most IT equipment is flat or declining."

Jennifer Davis at Dell agreed. "It helps small businesses keep technology fresh," she said. "At the end of your lease you can trade in your equipment for the latest and greatest technology."
Know the Terms

IDC's Pucciarelli says an essential step for a small business in securing an equipment lease is examining the exact terms and conditions. For instance, some companies let you purchase the equipment at the end of the lease for $1 or fair market value. (PC vendors such as Dell and HP offer both options, while Office Depot offers the option to buy at fair market value.)

"Small businesses need to have a understanding of how the vendor determines fair market values," Pucciarelli explained. "If the contract doesn't say, then that's not a good sign."

"The amount you pay for leasing is much lower when the fair market value is a purchase option," Pucciarelli added. "A lease with the option to buy for a dollar is basically a loan, paying the full price of the purchase."
Brian T. Horowitz is a freelance technology writer based in New York. He has written for publications such as Fast Company and USA Weekend, and writes a blog about innovation at InternetNews.com.

By Brian T. Horowitz

Rabu, 09 April 2008

Efek Samping Bila Pake Transmisi Otomatis

Buat Pengen Tahu efek apa saja yang terjadi bilamana kita pake transmisi otomatis.

1.Kampas rem depan mobil akan lekas habis merupakan hal yang wajar. Pasalnya mobil menggunakan transmisi otomatis, sehingga kerja dari rem lebih berat, lantaran transmisi matik kurang memberikan efek engine brake, belum lagi ditambah bobot kendaraan yang cukup berat.

Engine brake : Putaran Mesin dipakai untuk mengerem kendaraan. (Kalau transmisi manual misalnya pada kondisi jalan menurun, gunakan gigi rendah.)

2. Ada baiknya rem tromol belakang diganti dengan rem cakram. Untuk mobil tertentu seperti Hyundai Trajet GLS bisa dilakukan dengan memesan solid disc brake belakang milik Trajet GLS terbaru di bengkel resmi Hyundai. Seangkan perkiraan biayanya sekitar Rp. 6 jutaan.

3. Usahakan penggantian OLI sama dengan Transmisi Manual (5000 - 10000 km). Saya anjurkan penggantian oli sekalian semuanya (sekitar 6 liter) + ganti filter sekalian. Jenis Oli harus dibedakan sesuai dengan jenis transmisi otomatiknya (oli Transmisi Otomatis CVT beda dengan oli transmisi Otomatis Konvensional)

4. Sempatkan mengecek kolong mobil bilamana diketahui ada rembesan dari paking (karet) plat penutup transmisi. Bisa juga rembesan dari sensor oli.

5. Transmisi otomatis memiliki propeler shaft lebih pendek dibanding transmisi Manual. Selain itu besarnya transmisinya lebih tambun/gendut dibanding transmisi manual.

6. Kalau anda ingin membersihkan kolong mobil, jangan memakai alat angkat berbetuk diagonal (huruf X) karena akan merusak transmisi otomatis (contoh suzuki apv otomatik), gunakan alat pengangkat segaris berbentuk I I (Keempat roda menjadi tumpuan).

Selasa, 01 Januari 2008

Pendidikan Anak

Membuat Patuh tak Perlu dengan Kekerasan.

Untuk membuat anak menjadi patuh kepada orang tua tak perlu menggunakan kekerasan. Anak harus diajak berdialog dan kerja sama.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi di Jakarta, Jumat (28/12/2007). Menurut Seto, menggunakan kekerasan untuk mendidik anak adalah cara yang salah.

Ia mencontohkan, jika anak melakukan kesalahan, orangtua justru wajib bertanya dan membantu anak memperbaikinya. Namun, biasanya para orangtua justru menjewer telinga anak yang kemudian meningkat ke bentuk kekerasan lainnya.

Dari data Komnas PA, tahun 2007 ada 1520 kasus kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan fisik (346 kasus), seksual (532 kasus), psikis (642 kasus).

Survei oleh Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2006, menunjukkan ada 2,29 juta anak menjadi korban kekerasan. Dari jumlah itu, sebesar 51,9 persen kerena anak tidak patuh.

"Orangtua memang harus tegas dalam mendidik, tetapi tegas bukan berarti keras", kata Seto. Jika anak diperlakukan keras dan dipaksa menuruti semua perintah orangtua, anak akan sama halnya dengan robot.

Psikolog anak dan play therapist Maike Tedjasaputra mengatakan, cara mendidik anak dengan kekerasan sudah membudaya dan sulit dihentikan orangtua, kata Maike, orangtua harus belajar tak bersikap otoriter. Orangtua harus peka dan selalu berkomunikasi dengan anaknya. Sikap ini harus dilakukan orangtua saat anak berusia 9-12 tahun. "Pada usia itu sifat anak yang menonjol adalah pemberontak", ujarnya.

Dikutip dari Harian Kompas (A04) 29 Des 2007 Halaman 12.